Parvovirus (muntaber dogy)

  Canine parvovirus sangat menular dan disebabkan oleh virus yang sangat resisten di lingkungan rumah. Penyakit anjing ini menyebabkan gastroenteritis parah dan sering kali menyebabkan komplikasi pendarahan. Jika anjing betina terkontaminasi selama kebuntingan, virus ini akan memengaruhi janinnya saat berkembang. Virus ini tidak dapat berplikasi sendiri, dan akibatnya harus menggunakan sel lain untuk membantunya berkembang biak. Pada anak-anak anjing, canine parvovirus akan mengkolonisasi sel-sel saluran pencernaan karena mereka beregenerasi dengan laju yang cepat. Canine parvovirus ini bisa berakibat fatal dan merupakan penyakit yang terus memengaruhi populasi anak anjing. Apa saja gejala virus parvo pada anjing? Anak anjing atau anjing dengan canine parvovirus akan menunjukkan berbagai gejala yang berbeda. Anda harus selalu memperhatikan: ·         Demam ·         Kelesuan ·         Diare (mungkin berdarah) ·         Muntah ·         Dehidrasi ·         Penurunan

Mengenal Pencegahan Penularan Penyakit Hewan ke Manusia

Penyakit yang dapat ditularkan dari hewan (kucing, anjing, kelinci, reptil, burung, kura-kura, dll) ke manusia disebut penyakit zoonosis. Sumber penularannya dapat berasal dari feses, urine (air kencing), saliva (air liur), darah, materi asal alat reproduksi, dan bahan makanan asal hewan. Itulah sebabnya orang yang tidak memelihara hewan pun dapat tertular penyakit zoonosis. Orang yang perilaku hidupnya jorok lebih sering tertular penyakit zoonosis dibanding yang perilaku hidupnya bersih dan sehat walaupun memelihara hewan. Hewan (kucing, anjing, kelinci, reptil, burung, kura-kura, dll) akan menjadi sahabat dan bermanfaat bagi manusia bila dirawat dengan baik dan bersih serta manusianya menghayati arti hidup sehat.

Penyakit Brucellosis
Penyebab brucellosis adalah basil Brucella yang bentuknya bulat (cocobacilli), bersifat gram negatif, dan infeksinya masuk ke dalam sel (intrasel). Penyakit ini ada di seluruh dunia dan menyerang hewan dan manusia. Serangan penyakit brucellosis pada hewan, termasuk anjing dan kucing betina yang sedang bunting dapat menyebabkan keguguran atau abortus. Itulah sebabnya basil ini juga disebut Brucella abortus. Plasenta dapat tertinggal di dalam uterus dan hewan dapat menjadi mandul karena masih membawa kuman ini.
Pada hewan anjing atau kucing, brucellosis dapat menyerang semua umur dan jenis kelamin. Khusus anjing dan kucing betina yang sedang bunting, infeksi basil ini dapat menyebabkan keguguran pada sepertiga masa kebuntingan pertama, mati dalam kandungan, atau menjadi mandul di kemudian hari.
Gejala lainnya ialah terjadinya radang kelenjar getah bening (lymphadenitis), radang saluran sperma (epididymitis), radang testikel (periorchitis), dan radang prostat (prostatitis). Bila infeksi berat maka akan tampak gejala keracunan umum.
Bila seseorang tertular penyakit ini dapat menyebabkan gejala yang sangat bervariasi antara lain demam intermitten (datang pergi), nyeri otot (myalgia), nyeri sendi (arthralgia), sakit kepala, menggigil, keringat berlebihan, dan menjadi sangat lemah.
Penularan penyakit ini ke manusia terjadi karna kontak langsung dengan bahan asal alat reproduksi atau janin akibat abortus seperti plasenta,air ketuban,dan embrio.itulah sebabnya perawat hewan dan dokter hewan dapat tertular saat memeriksa alat reproduksi penderita. Penularan lewat mulut pun dapat terjadi melalui bahan makanan asal hewan,terutama daging dari hewan penderita atau yang di masak tidak sempurna.
Kantor dinas peternakan di seluruh Indonesia sudah sejak lama melakukan vaksinasi terhadap penyakit brucellosis,terutam a di daerah peternakan yang endemis,di Negara mana pun vaksinasi terhadap penyakit ini pada hewan tidak di lakukan. Namun hal ini bukan berarti hewan kesayangan tidak dapat terserang brucellosis.
Bila anda menjumpai kasus hewan mengalami abortus ,ingatlah akan penyakit brucellosis sebagai upaya kewaspadaan meskipun belum di diagnosis dengan pasti. Segera singkirkan bahan yang dapat menularkan penyakit seperti plasenta dengan cairannya, air ketuban, serta sekresi lain yang terdapat di dalam alat reproduksi. Bila tidak, bahan tersebut dapat menulari bahan makanan asal hewan seperti daging dan susu. Untuk itu, saat membeli makanan asal hewan sebaiknya harus sebaiknya harus di pastikan asalnya dari rumah pemotongan hewah (RPH) yang legal/resmi. Biasanya hewan yang dipotong di RPH diperiksa petugas profesional sebelum dan sesudah pemotongan, lalu diberi tanda (stempel) bahwa bahan makanan tersebut telah diperiksa dan layak dikonsumsi. Walaupun sudah di nyatakan layak konsumsi,sebaiknya bahan makanan asal hewan dimasak hingga matang benar.

Penyakit Leptospirosis
Penyakit leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira, terutama bakteri Leptospira canicola dan Leptospira icterohaemorrhagica. Bakteri ini berbentuk batang yang terpilin dan hanya dapat dilihat dengan mikroskop medan gelap (darkfield microscop).
Penyakit ini merupakan penyakit zoonosis penting, tetapi justru kurang dikenal masyarakat. Serangannya dapat menimpa semua jenis hewan dan manusia pada segala usia. Namun,yang lebih sering diserang adalah hewanjantan. potensi terbesar sebagai penyebar penyakit adalah hewan pengerat yang hidupnya jorok seperti tikus. Akan tetapi,anjing, kucing, dan kelinci pun perlu diwaspadai terhadap penyakit ini.
Gejala awal antara lain demam(suhu 40-42oC), muntah, tidak mau makan, lemah umum, dan radang mata(conjunctivitis). Stadium ini lalu diikuti dengan turunnya suhu tubuh secara drastis sampai 36oC). Timbul gejala depresif, napas yang dalam, haus, bagian punggung dan perut nyeri bila diraba, timbul warna kuning kehijauan pada mata, gusi, bibir dan kulit, serta radang usus(gastroenteritis). Radang usus di tandai dengan muntah dan mencret berdarahsehingga dapat menyebabkan anemia. Dalam waktu 5-10 hari setelah infeksi, hewan dapat menderita radang ginjal (nephritis) yang akibatnya fatal. Selain itu,hewan juga dapat mengalami keguguran dan radang ambing susu (mastitis).
Manusia yang terinfeksi bakteri Leptospira akan memperlihatkan gejala seperti demam, menggigil, nyeri otot, hilang nafsu makan,dan mual. Gejala lebih lanjut antara lain penderita akan menunjukan kelainan fungsi alat pernafasan (paru-paru), ginjal, dan susunan saraf.
Penularan pada manusia dapat melalui luka, selaput lendir mata, alat pencernaan, hidung, makanan asal hewan penderita, air minum yang tercemar bakteri, serta kontak langsung dengan air kencing penderita di selokan atau mandi bersama ternak di kali.
Pengobatan diarahkan pada upaya membunuh bakteri penyebab dengan antibiotik spectrum luas seperti Tetrasiklin atau Doksisiklin serta upaya mengatasi dehidrasi melalui cairan infus. Cairan infus yang di pakai adalah larutan Ringer Laktat atau Dektrose. Selain itu,juga di berikan vitamin B kompleks dan vitamin dosis tinggi (500-1.000 mg)yang dapat di suntikan pada cairan infuse.
Tindakan pencegahan hanya dapat dilakukan dengan vaksinasi. Vaksin leptospirosis dapat dicampur bersama vaksin distemper dan hepatitis yang dipasarkan dan dikenal dengan vaksin DHL (distemper, hepatitis, leptospirosis). Untuk itu, program vaksinasinya sama dengan vaksinasi distemper dan hepatitis.
Pencegahan pun dapat di lakukan kepada karyawan yang setiap hari berkecimpung dibidang kehewanan (dokter hewan dan perawat hewan). Mereka diharuskan mengenakan kelengkapan pencegahan yang baku (standar) seperti sarung tangan serta penutup mulut dan hidung saat akan menangani atau memeriksa hewan yang diduga menderita leptospirosis. Perlu diingat bahwa bahan makanan asal hewan ternak yang menderita Leptospirosis tidak layak dikonsumsi, tetapi harus dibakar atau dikubur sedalam mungkin.
Anjing yang terinfeksi Leptospira dapat mengeluarkan bakteri ini melalui urinenya untuk jangka lama. Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis (menular pada manusia) yang penularannya lewat pencemaran bakteri dan tikus. Oleh karena itu, program pemberantasan penyakit ini terdiri dari pemakaian gizi seimbang, vaksinasi, kebersihan lingkungan, dan pemberantasan tikus.
Walaupun bersih dan bebas atau tidak terkontaminasi kotoran (terutama kucing) tikus dan hewan lainnya, air minum harus dimasak karna bakteri dapat tahan hidup di permukaan air tawar hingga beberapa bulan. Itulah sebabnya penyakit ini pun dijuluki penyakit air (waterborne disease).
Leptospira sangat sensitive terhadap kekeringan, tetapi relatif tahan terhadap pembekuan. Bakteri pada bahan makanan asal ternak yang mungkin mengandung Leptospira ini masih dapat hidup untuk beberapa bulan walaupun sudah di bekukan.

Penyakit Rabies
Penyakit anjing gila (rabies) sudah sangat dikenal walaupun mungkin hanya namanya saja, belum benar-benar dihayati bahayanya penyakit ini. Ini terbukti bahwa walaupun sudah lebih seabad di temukan di Indonesia dan pemberantasannya (melalui vaksinasi) dilakukan secara masal setiap tahun, tetap saja rabies belum berhasil diberantas. Malahan penyakit ini sudah menyebar ke daerah-daerah yang dulunya bebas rabies akibat ketidakpedulian masyarakat mengenai peraturan lalu lintas hewan.
Rabies disebabkan oleh virus golongan Rhabdhovirus yang akut dan menular ke semua makhluk berdarah panas (termasuk manusia). Di Indonesia, rabies merupakan penyakit zoonosis utama. Bila sudah dinyatakan positif rabies, biasanya penderita sudah tidak ada harapan lagi dan sebelum mati korban sangat menderita.
Secara khusus, gejala dan tanda rabies pada hewan tergantung pada bentuk rabiesnya, ada yang membabi buta (furious form), diam (dump form), serta tanpa bentuk (atypical dump).
a.rabies membabi buta
Gejala hewan yng menderita rabies ini antara lain penderita cenderung berlarian tanpa tujuan, gelisah, mudah terangsang dan bereaksi, menyerang dan menggigit segala objek (terutama yang bergerak) sehingga sering di temukan berbagai benda (kayu, batu,atau plastic) di dalam lambung penderita saat di otopsi, reflek kornea mata hilang, nada suara rendah dan kasar, lidah menjulur, keluar air liur berlebihan, sempoyongan, bergerak tanpa koordinasi, lumpuh, dan akhirnya mati. Air liur yang keluar berlebihan dari mulut penderita banyak mengandung virus rabies.
Selain gejala ageresif tersebut, penderita pun sangat haus. Namun,kalau melihat air dan ingin minum biasanya otot-otot leher menjadi kejang sehingga penderita seakan takut air. Oleh karna takut air inilah sehingga pada zaman dahulu penyakit rabies disebut penyakit hydrophobia.
b.rabies bentuk diam
Penderita rabies ini akan menjadi apatis, kehilangan vitalitas, suka menyendiri dan bersembunyi, jarang menggigit,tidak mudah terangsang, gemetaran, lumpuh, dan akhirnya mati.
c.rabies tanpa bentuk
Tubuh penderita akan mengalami gatal , kaku, kejang otot (spamus), sembelit (susah buang air besar), serta gejala bersifat individual (perilaku sehari-harinya menjadi aneh,tidak seperti biasanya)
Gejala dan tanda rabies pada manusia biasanya terjadi setelah korban di gigit oleh hewan penderita rabies seperti gelisah; sulit berbicara; luka gigitan terasa nyeri; bengkak dan merah; sakit kepala; kontraksi otot dan kejang; takut air; sulit bernafas; lumpuh dan akhirnya meninggal.
Hingga saat ini, obatdan cara pengobatan rabies pada penderita belum di temukan. Namun,cara berikut sebagaai tindakan P3K dapat di lakukan,baik pada hewan atau manusia yang digigit oleh hewan penderita rabies.
a)cuci luka gigitan dengan deterjen di bawah air mengalir selama 5-10 menit,lalu cuci dengan antiseptic seperti alcohol 70%, betadin 1% atau jodium tinkur.
Bila korbannya manusia,setelah luka dicuci,korban segera dibawa ke rumah sakit terdekat agar dokter dapat mengevaluasi luka gigitan tersebut,apakah akan di berikan serum dan atau vaksin anti rabies(korban harus mematuhi serial penyuntikannya).untuk daerah Bandung dan sekitarnya,korban rabies dapat di bawa ke Rumah sakit Hasan Sadikin, Bandung.
Bila korbannya anjing, kucing dan juga kera, pemilik harus berhati-hati terhadap hewan yang menggigit maupun yang digigit. Pemilik harus mengamankan hewan-hewan tersebut agar tidak menggigit hewan lain (terutama saat berkelahi) atau manusia dengan terlebih dahulu menggunakan alat pelindung. Setelahitu ,laporkan kasus tersebut ke kantor dinas peternakan terdekat agar hewan yang menggigit dan digigit diobservasi.
Di Indonesia,vaksinasi rabies pada anjing ,kucing,dan kera sangat diharuskan menurut undang-undang. Vaksin anti rabies lokal maupun impor yang baik untuk manusia atau hewan sudah lamaa beredar di pasaran. Vaksin ini dibuat dan dikemas dalam beragam jenis, yaitu vaksin hidup(aktif), vaksin mati (inaktif), vaksin monovalen, dan vaksin polivalen.Isi vaksinnya pun ada yang homolog (dari jenis yang sama)maupun heterolog (dari jenis berlainan). Itulah sebabnya aplikasi vaksin-vaksin anti rabies tersebut sangat bervariasi. Untuk itu, program vaksinasi sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter hewan.

Komentar

  1. rabies bisa menular dari manusia ke manusia gag????
    kalo bisa, cara penularanya gimana???

    BalasHapus
  2. Siang,maaf baru bales. Bisa, penularan melalui gigitan (kontak langsung)

    Terimakasih semoga bermanfaat

    Tim klinik hewan happiness

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Klinik Hewan Happiness Jatinangor (bdg timur, jatinangor, & sumedang)

Kelengkapan P3K bagi hewan kesayangan di rumah

Berbagi pengalaman pengobatan distemper anjing :)